Minggu, 12 Juni 2016

Bus Po. Haryanto dan Otobiografi Pemiliknya


#SELAMAT MALAM PARA KAWAN#
(Menyimak info sekitarBus Po. Haryanto dan Otobiografi
Pemiliknya)
_________________________________________________________










_________________

Kata Pengantar
_________________

Lewat link :
http://angkolafacebook.blogspot.co.id/2016/01/wisata-bogor-kebun-duren-bogor-warso.html
penulis mengurai salah seorang TNI yang jug sukses di
bidang bisnis. Tepatnnya bisnis Durian di wilayah Bogor,
seperti halnyabung haryanto dalam postingan ini.

Sedangkan lewat link :
http://gambardohothata.blogspot.co.id/2016/06/otobigrafi-eka-sari-lorena-soerbakti.html
penulis mengurai mengenai Eka Sari Lorena Soerbakti
yang juga sukses mengelola Bus Lorena-Karina sepeninggalan
bapak-nya.

Para kawan dimana-pun berada...!

TNI dan Bus Po Haryanto adalah isi dari postingan ini yang
merupakan bagian dari Otobiografi H. Haryanto.

Selamat menyimak...!

____________________________________________________________

Sekilas info Bus Po. Haryanto dan Otobiografi Pemiliknya
____________________________________________________________















Kisah Haryanto merintis perusahaan angkutan PO Haryanto.

Merantau ke Jakarta tanpa uang dan pendidikan, Haryanto
akhirnya melamar sebagai anggota TNI. Setelah 20 tahun
mengabdi di kesatuannya dengan pangkat terakhir kopral,
beliau justru sukses berbisnis angkutan umum.

Kini penghasilannya tak kalah dengan para jenderal. Berkat
ketekunan, keuletan, dan tentu saja garis keberuntungan
yang tergores di tangannya, Haryanto akhirnya memetik buah
usahanya.

Bagi Haji Haryanto ini disiplin memang bukan hal aneh.
Maklum, beliau adalah mantan anggota Tentara Nasional
Indonesia (TNI).

Jangan pandang sebelah mata. Kariernya di TNI memang berakhir
saat beliau berpangkat kopral. Tapi, Haryanto benar-benar
sukses mengelola bisnis.

Saat ini beliau memiliki 83 bus eksekutif yang melayani
jalur Jakarta-Kudus, Pati, Jepara, Ponorogo dan Madura
Selain itu, ia juga memiliki 150 unit angkutan kota (angkot)
yang merajai seluruh trayek di Tangerang serta memiliki show
room mobil.

Haryanto sendiri sebenarnya tak pernah menyangka ia akan
menjadi pengusaha. Pasalnya, ia terlahir sebagai anak desa
di Kudus, Jawa Tengah.








Orang tuanya hanyalah buruh tani yang punya kerja sambilan
sebagai tukang memisahkan tulang dan daging ikan di pasar.

Adapun Haryanto, sejak kecil dididik untuk bekerja keras,
mulai dari menggembala sapi milik tetangga, berjualan es
atau sebagai tukang ngarit demi menambah penghasilan bagi
kelangsungan hidup keluarganya.

Maklum, keluarganya adalah keluarga besar. Haryanto
adalah anak keenam dari sebelas bersaudara.Meski ulet,
ternyata Haryanto cukup bandel. Buktinya, beliau tidak
menyelesaikan sekolahnya di bangku Sekolah Teknik Menengah
(STM) lantaran merasa tidak cocok.

Beliau lalu kabur dari rumah dan hijrah ke Tangerang. "Saya
akan mengubah nasib," begitu tekadnya waktu itu.Berbekal
tekad dan semangat yang kuat, di Tangerang Haryanto lalu
mendaftar sebagai anggota TNI.

Sejak kecil Haryanto memang bercita-cita bisa berseragam
loreng sambil memanggul senjata. Cita-citanya itu akhirnya
kesampaian juga.

Tahun 1979 beliau mulai bekerja di kesatuan angkatan udara
Kostrad di Tangerang. "Saya dididik jadi pengemudi, tugas
saya mengangkut alat-alat berat, meriam, beras untuk
konsumsi dan perminyakan," kenang Haryanto. Penghasilan
yang beliau kantongi waktu itu sekitar Rp 18.000 per bulan.

Bekerja sambilan jadi sopir angkot karena sudah bekerja
dan mengantongi gaji, pada 1982 Haryanto memberanikan diri
untuk menikah. Tapi, gaji belasan ribu yang diterimanya
tiap bulan itu ternyata tak cukup untuk menambal semua
kebutuhan hidupnya. Bahkan, rumah sewa berukuran 3 x 4
meter yang beliau huni bersama dengan istrinya tak mampu
ia bayar.










"Untuk membayar sewa rumah saja saya utang," kenangnya.
Kepepet dengan kondisi keuangan yang minim inilah yang
justru mempertebal semangat Haryanto untuk mulai mencari
usaha sampingan.

Pada 1984, dengan modal uang tabungan kurang dari Rp 1 juta,
Haryanto nekat membeli satu unit mobil angkutan kota (angkot)
buatan Daihatsu.

Beliau pun lalu menjadi sopir bagi kendaraan pribadinya
yang berpelat kuning. Waktu itu rute yang ia tempuh Pasar
Anyar-Serpong. "Dulu masih kebun karet, jalannya juga
enggak sebagus sekarang," paparnya.

Di sela-sela waktu bekerja sebagai sopir kendaraan militer
di kesatuannya, Haryanto pun meluangkan waktunya untuk
menyopiri angkotnya. Saban hari beliau menyopir angkotnya
pada pukul 15.00-16.00, kemudian bekerja di Kostrad hingga
pukul 19.00.

Selepas pukul 22.00, ia mulai mengemudikan angkotnya lagi
hingga dini hari. Suka tidak suka, Haryanto harus mengurangi
waktu tidurnya demi menafkahi istri dan ketiga anaknya.

Berkat rajin menyopiri angkotnya, tahun-tahun berikutnya
Haryanto terus membeli angkot dari uang yang ia sisihkan.
Modal untuk membeli angkot juga didapatnya dari hasil kerja
sambilannya yang lain, sebagai perwakilan bus PO Sumber Urip
yang ia tekuni sejak 1990-2000.

Angkotnya terus beranak-pinak hingga puluhan dan terus
bertambah menembus angka 100 unit. "Insya Allah sekarang
saya telah memiliki jalur angkot hampir seluruh Tangerang,
"ungkapnya penuh syukur.

Saat ini sekitar 150 angkot ada dalam daftar asetnya. Dari
usaha angkotnya saja, jutaan rupiah berhasil beliau kantongi
setiap hari.








Tapi, Haryanto bukan orang yang gampang berpuas diri. Tahun
1990 ia membuka satu gerai showroom mobil di Tangerang yang
khusus menjual angkot dari beragam karoseri.

Gerai ini tak membutuhkan modal yang banyak, Haryanto hanya
menyiapkan lahan bagi mereka yang ingin menjual angkotnya.
"Modalnya hanya kepercayaan," tukas Haryanto. Showroom ini
pun cukup laris, setiap bulan sekitar 20-30 unit mobil
berhasil beliau jual.

Pensiun dari kopral, gajinya jenderal karena putaran roda
bisnisnya semakin kencang, Haryanto pun akhirnya memutuskan
untuk keluar dari kesatuannya di militer.

Kendati usianya baru 43 tahun, tahun 2002 lalu, ia melayangkan
surat pengunduran diri. "Saya enggak dapat pesangon, tapi
dapat pensiun Rp 800.000 per bulan," ujarnya.

Sejak pensiun itulah Haryanto justru sibuk dengan mainan
barunya, yaitu PO Haryanto yang dirintisnya pada tahun yang
sama.

Waktu itu Haryanto mendapat kucuran kredit dari Bank BRI
sekitar Rp 3 miliar. Uang itu ia gunakan untuk membeli enam
unit bus senilai masing-masing Rp 800 juta. "Pinjaman itu
saya pakai untuk uang muka beli bus," katanya.

Semula Haryanto mengoperasikan busnya untuk rute Cikarang-
Cimone kelas non-AC alias ekonomi.

Sayangnya, bus jurusan tersebut sepi penumpang. Maka, ia
mengalihkan ke bus eksekutif yang ber-AC dan membuat rute
baru yang tujuannya tak jauh dari kampung halamannya, yaitu
Jakarta-Kudus, Jakarta-Jepara, dan Jakarta-Pati.

Demi menjaga kualitas, Haryanto mendidik sopir-sopirnya agar
tidak ugal-ugalan dan diprotes penumpang. Walau sudah menjadi
juragan, Haryanto pun tak segan-segan setiap hari nongkrong
di terminal, memeriksa sendiri kondisi bus-busnya sambil
mendengarkan keluhan penumpang.

Dari putaran roda bisnis di bisnis beragam angkutan penumpang
ini, Haryanto kini menangguk pendapatan yang lumayan.

Karyawannya pun kini telah mencapai 500 orang. "Saya enggak
nyangka sekarang bisa menjadi pengusaha," ungkap Haryanto.

Sebagai pengusaha, tentu saja penghasilan pensiunan kopral
itu tak kalah dengan para jenderal.

Mengongkosi Sopir ke Tanah SuciPergi ke tanah suci adalah
impian Haryanto, pemilik PO Haryanto. Itu sebabnya, ia selalu
menyisihkan sedikit demi sedikit penghasilannya.









Berkat uang hasil tabungannya itulah, pada 1997, akhirnya
ia bisa berangkat ke tanah suci bersama orang tua dan istrinya.

Sejak kakinya menginjakkan tanah suci itulah ia berjanji pada
dirinya untuk menjalankan bisnis ini dengan sungguh-sungguh.
"Alhamdulillah saya bisa ke Mekkah juga dari hasil usaha
angkot," ujarnya.

Haryanto agaknya sadar betul bahwa usahanya tak akan berhasil
tanpa campur tangan Yang di Atas. Itu sebabnya, ia berikrar
akan memberangkatkan sopir-sopirnya ke Tanah Suci.

Maka dari itu, setiba dari Mekkah, kendati harga dolar sedang
mahal-mahalnya, Haryanto memenuhi janjinya pada diri sendiri
untuk memberangkatkan karyawannya naik haji.

Kesempatan pertama itu ia hadiahkan pada satu orang sopir yang
telah setia bekerja padanya. "Dia sopir pertama yang saya
berangkatkan ke tanah suci," ujarnya.

Tradisi memberangkatkan karyawannya itu terus ia pelihara
hingga sekarang. Bagi karyawan yang taat dan tekun beribadah,
Haryanto tak segan-segan membagi tiket untuk beribadah ke Mekkah.

____________

Penutup
____________

Demikian infonya para kawan sekalian.

...dan...

Selamat malam...!










__________________________________________________________________
Cat :
HEBOH!!! Haryanto HR 26 -New Tatto 505- di Terminal Poris - Klakson telolet, strobo, & sirine polisi - YouTube
3 Po.Haryanto Menerjang Banjir Sampang Madura
https://www.youtube.com/watch?v=T1QZ8sSJQUY








Tidak ada komentar:

Posting Komentar